BERGERAK DAN BERGERAK

Archive for September 20th, 2007

Sambungan (artikel no.2 masih dicari di harddisk)
sumber : milist keadilan4all@yahoogroups.com

============

ARTIKEL SERIAL RAMADHAN
(Bagian ke-3)

RAMADHAN DAN GELORA JIHAD

1. Ramadhan Bulan Istimewa
Tersebar imej kurang baik di kalangan sebagian orang bahwa Ramadhan adalah bulan istirahat dan bulan malas-malasan. Memang, ada suatu fenomena kurang Islami terjadi, tatkala umat Islam melewati bulan suci Ramadhan.

Di berbagai kantor, para karyawan seakan-akan kurang bersemangat bekerja dengan alasan sedang puasa. Seusai shalat Zhuhur, kita dapati mereka bergeletakan di mushalla atau masjid untuk tiduran, berdalih bahwa tidurnya orang puasa adalah ibadah. Para ibu rumah tangga pengeluaran belanjanya naik, mall dan pasar lebih ramai dibandingkan masjid, khususnya sepuluh hari terakhir dari Ramadhan.

Gejala negatif seperti ini terjadi, karena sebagian umat Islam kurang memahami esensi bulan Ramadhan sebagai bulan jihad, bulan panen pahala, dan bulan penuh berkah. Padahal, semangat Ramadhan yang difahami Rasulullah tercermin dalam sebuah hadits, “Seandainya umatku tahu (keutamaan) apa yang ada pada bulan Ramadhan, niscaya berharap agar satu tahun seluruhnya terdiri dari Ramadhan.” Ramadhan berasal dari kata-kata bahasa Arab “ramadl” maknanya “membakar’.

Ramadhan adalah bulan kesempatan umat Islam untuk membakar dosa lebih intensif dibandingkan dengan bulan lain. Mengapa membakar dosa?

Pertama, amalan puasa adalah ibadah istimewa dan berpahala istimewa yang mampu meningkatkan ketakwaan dan menepis semua bentuk kemunkaran dan maksiat.
Kedua, pada bulan ini umat Islam mendapatkan panen pahala karena ada malam yang lebih baik dari seribu bulan, yaitu lailatul qadar, dan
ketiga, dilipatgandakannya pahala semua amalan muslim dan muslimah. Yang wajib dilipatgandakan 70 kali dan yang sunnah disamakan dengan pahala amalan wajib. Dengan keistimewaan ini, dosa umat Islam terbakar oleh banyaknya pahala amalan kebajikan yang diraih pada bulan Ramadhan.

Barangkali, di sinilah rahasianya mengapa Rasulullah senantiasa menanti bulan Ramadhan, sehingga berdoa, “Allahumma baarik lanaa fi Rajaba wa Sya’baan wa ballighnaa Ramadlan” (Ya Allah berkati kami pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban dan antarkan kami sampai ke bulan Ramadhan.).

Selain dari pada itu, Beliau senantiasa berkhutbah ketika menyambut awal Ramadhan. Di antara isi khutbahnya yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad
dan An Nasa’i adalah sebagai berikut:

“Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, penuh berkah. Allah mewajibkan atas kamu puasa di bulan itu. Pada bulan itu semua pintu neraka terbuka lebar dan semua pintu neraka Jahim tertutup rapat serta syetan-syetanpun dibelenggu. Di dalamnya terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak mendapatkan kebaikannya, maka sesungguhnya orang yang tidak beramal kebaikan pada bulan ini sungguh amat merugi.”

Konotasi “pintu-pintu surga terbuka lebar dan pintu neraka tertutup rapat dan syetan-syetanpun dibelenggu”, maksudnya bahwa orang yang berpuasa berkesempatan besar untuk masuk surga dan jauh dari neraka. Karena dengan puasanya ia berpahala besar dan pasti tidak bisa digoda oleh syetan yang terkutuk.

Kalau ada orang puasa yang masih bisa digoda syetan, berarti puasanya belum benar dan pasti tidak sempurna. Mengapa demikian? Orang yang berpuasa menurut syariat Islam akan menahan diri dari makan, minum, dan segala yang bisa membatalkan puasanya, atau pun segala yang bisa mengurangi pahala puasanya.

2. Ramadhan dan Jihad

Puasa adalah ibadah yang bernuansa jihad melawan hawa nafsu. Orang yang tidak bisa menahan nafsu syahwatnya, nafsu amarahnya, nafsu seksualnya, dan nafsu-nafsu lainnya selama berpuasa, berarti puasanya akan ditolak Rabbul Izzati. Rasulullah pernah menegaskan dengan sabdanya: “Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan dan perbuatan dusta, maka Allah tidak butuh darinya untuk meninggalkan makanan dan minumannya.”

Inilah jihad muslim yang tiada hentinya, karena nafsu al ammarah bis suu’ senantiasa menyertainya, baik di kala jaga atau tidur. Namun, selain jihad melawan hawa nafsu ini, umat Islam diperintahkan juga berjihad melawan kekafiran dan kesyirikan. Jihad untuk mempertahankan diri dari serangan kaum kufar ini sering disebut dengan jihad qitali.

Allah swt. telah mensyariatkan jihad melawan kekufuran sebagai sarana ibadah dan perjuangan untuk menyiapkan individu muslim yang mampu membawa beban untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Ibadah puasa penuh dengan kebaikan dan sumber pengkaderan untuk menyiapkan generasi yang mau berkorban lii’laai kalimatillah.

Tahun demi tahun dilewati umat Islam dan Ramadhan penuh dengan kenangan peristiwa besar yang menggambarkan jihad kaum muslimin. Sejak Islam datang menembus gelapnya kekufuran dan kesyirikan menuju cahaya Islam, umatnya telah menghadapi jihad besar melawan kezhaliman dalam menegakkan keadilan.

Jihad yang disyariatkan Islam bertujuan mencapai dua sasaran:

Pertama: Untuk mempertahankan diri dari serangan asing dan mempertahankan tanah air di mana mereka tinggal.

Kedua: Mempertahankan dakwah Islamiyah dan ajaran-ajaran Ilahi sekaligus melindungi para pembawa panji-panjinya, demi menebarkan ajaran Islam dengan al-hikmah, almau’izhah al hasanah dalam suasana penuh aman dan kedamaian. Jihad disyariatkan Islam agar ajaran Islam tetap tersebar ke seantero dunia. Dakwah bagaikan air yang harus dirasakan manfaatnya oleh seluruh umat manusia. Bila tidak disyariatkan jihad, maka kebatilan akan menggusur yang hak, kerusakan akan menghantui dunia, dan panji-panji Islam akan tumbang diserang kekufuran.

Diwajibkannya jihad bukan untuk ekspansi, intimidasi, kekuasaan, dan memperbudak umat manusia, tapi jihad disyariatkan untuk meluruskan yang bengkok, menebarkan keadilan, dan kesejahteraan di atas bumi ini. Dari sini, jihad dalam Islam dijadikan salah satu tonggak pengaman ajaran Islam dan memiliki kedudukan khusus dalam akidah dan ajaran Islam yang harus. Dijadikan sentral perhatian umat Islam dalam melaksanakan semua aktifitas kehidupannya.

3. Jihad Qitali di Bulan Ramadhan
Umat Islam sejak zaman Rasulullah saw. sangat memahami esensi bulan Ramadhan sebagai sarana pendidikan jihad fi sabilillah. Marilah kita lihat peristiwa besar yang menggambarkan jihad umat Islam untuk mempertahankan sepanjang masa pada bulan Ramadhan:

1. Perang Badar yang terjadi pada tangal 17 Ramadhan tahun ke-2 Hijrah. Perang Badar dianggap sebagai perang terbesar dan kemenangan terbesar yang diraih umat Islam di awal pertumbuhannya di Madinah.
2. Fathu Makkah yang terjadi pada tahun ke delapan hijrah. Jihad ini merupakan kemenangan untuk menghancurkan tuhan-tuhan berhala dan menancapkan panji kebenaran.
3. Pada Ramadhan tahun 9 Hijrah, Rasulullah saw. menerima utusan dari Tsaqif untuk membaiat Nabi Muhammad Saw.
4. Pada Ramadhan tahun 15 Hijrah, terjadi perang Qadisiyyah dimana orang-orang Majusi di Persia ditumbangkan.
5. Pada Ramadhan tahun 53 Hijrah, umat Islam memasuki pulau Rhodes di Eropa.
6. Pada bulan Ramadhan tahun 91, umat Islam memasuki selatan Andalusia (Spanyol sekarang)
7. Pada Ramadhan tahun 92 H., umat Islam keluar dari Afrika dan membuka Andalus dengan komandan Thariq bin Ziyad
8. Pada bulan Ramadhan tahun 132 H., Dinasti Umawiyah ditumbangkan dan berdirilah daulah Abbasiyah.
9. Pada bulan Ramadhan tahun 254 H., Mesir memisahkan diri dari daulah Abbasiyah dengan pimpinan Ahmad bin Thaulun.
10. Pada Ramadhan tahun 361 H., dimulainya pembangunan Masjid Al-Azhar yang kelak menjadi universitas Al-Azhar di Kairo.
11. Pada bulan Ramadhan tahun 584 H., Sholahuddin Al-Ayyubi mulai menyerang tentara Salib di Siria dan berhasil mengusir mereka.
12. Pada Ramadhan 658 H., Umat Islam berhasil menghancurkan tentara Tartar di perang “Ain Jalut”
13. Pada Ramadhan tahun 675 H., Raja Bebes dan tentaranya berhasil mengusir tentara Salib secara total.
14. Pada bulan Ramadhan 1393 tentara Mesir berhasil merebut terusan Suez dan mengusir tentara penjajah, Israel dari Sinai.

Demikianlah beberapa contoh peristiwa besar di bulan Ramadhan sepanjang sejarah umat Islam yang dipenuhi dengan nuansa jihad mempertahankan tegaknya dakwah Islamiyah di muka bumi ini.

4. Tuntutan Jihad Sekarang Lebih Luas
Ketika musuh-musuh Islam menyerang dengan berbagai macam cara untuk memadamkan cahaya agama Allah, kondisi ini menuntut umat Islam agar melakukan jihad dalam berbagai aspek kehidupan. Jihad terhadap hawa nafsu adalah jihad setiap saat bagi setiap muslim yang masih waras dan sehat. Jihad qitaali adalah wajib bila umat Islam diserang dengan senjata seperti di Palestina, Afghanistan, Irak, Bosnia, dan belahan bumi lainnya. Selain jihad nafsiy dan jihad qitaali, masih banyak lagi tuntutan jihad lainnya, sebanyak aneka ragam serangan musuh. Di antara jihad-jihad yang dituntut sekarang adalah:

1. Jihad tablighi, yaitu jihad dengan lisan untuk menyampaikan ajaran Islam dengan penuh hikmah, kelembutan, dan kesejukan. Kita diwajibkan tablighi ini sebagai jihad bil-lisan untuk meluruskan berbagai penyimpangan yang terjadi dalam masyarakat.

2. Jihad ta’limi, yaitu jihad melalui pendidikan, baik formal atau Non formal. Saat ini umat Islam sangat dituntut untuk menekuni jihad ta’limi ini, karena sekolah-sekolah unggulan umat Islam masih perlu peningkatan kualitas dan kuantitas. Apalagi sekolah-sekolah yang dikelola pendidikan non Islam sarat dengan unsur-unsur yang bisa memadamkan semangat keislaman siswa.

3. Jihad Maali, yaitu jihad dengan harta dalam rangka menebarkan Syiar Islam, melindungi kaum fuqara’ dan masakin dari kekufuran yang mengintai mereka. Jihad maali ini sering disebut Al-Qur’an lebih daripada jihad binnafsi, karena:

Pertama, mengeluarkan harta lebih mudah dari pada berkorban dengan jiwa.
Kedua, jihad binnafsi membutuhkan biaya yang tak terbatas.
Ketiga, sebagian orang ada yang lemah jasmaninya atau merasa takut perang.
Keempat, para pemilik harta dianggap musuh sebagai kekuatan pendukung para mujahid.

4. Jihad Siyasi: yaitu jihad memperjuangkan Islam lewat politik, lewat pemilu, memilih anggota DPR/MPR untuk melakukan perubahan undang-undang kearah pemenangan dakwah Islamiyah.

Bulan Ramadhan tahun ini adalah Ramadhan yang sangat istimewa bagi kita sebagai bangsa Indonesia, karena kita telah menghadapi perhelatan besar yaitu pemilu dan pemilihan presidan dengan wakilnya secara langsung. Sudah barang tentu umat Islam dituntut untuk meningkatkan jihad nafsi, jihad tablighi, ta’limi, siyasi dan jihad maali untuk pemenangan dakwah.
Wallahu a’lamu bis shawab.

Sumber:
30 Tadabbur Ramadhan, MENJADI HAMBA ROBBANI, Meraih Keberkahan Bulan
Suci

Penulis:
Dr. Achmad Satori Ismail, Dr. M. Idris Abdul Shomad, MA, Samson Rahman, Tajuddin, MA, H. Harjani Hefni, MA A. Kusyairi Suhail, MA, Drs. Ahlul Irfan, MM, Dr. Jamal Muhammad, Sp.THT

Source: IKADI

Ramadhan udah hari ke-8, sebenarnya dari awal punya niat posting tulisan yang tahun lalu di copy paste dari milis keadilan4all (lama ngendap di hardisk)… Tulisan-tulisan tsb merupakan artikel materi Ramadhan dari sebuah buku yang ditulis oleh para ustad di IKADi (Ikatan Da’i Indonesia) yang di download oleh pak Hendra (moderator milist). Ada 30 artikel, sepertinya di setting 1 hari 1 materi….jadi telat nih. Mulai hari ini coba konsisten. Moga-moga bermanfaat.

ARTIKEL SERIAL RAMADHAN (Bagian ke-1)
AGAR RAMADHAN PENUH RAHMAT, BERKAH, DAN BERMAKNA

Hari ini kita memasuki bulan suci Ramadhan. Banyak hikmah yang bisa kita petik di bulan suci dan mulia ini, yang semuanya mengarah pada peningkatan makna kehidupan, peningkatan nilai diri, maqam spiritual, dan pembeningan jiwa dan nurani.

Kewajiban puasa ini bukan sesuatu yang baru dalam tradisi keagamaan manusia. Puasa telah Allah wajibkan kepada kaum beragama sebelum datangnya Nabi Muhammad Saw. Ini jelas terlihat dalam firman Allah berikut, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS. Al-Baqarah:183)

Ayat ini menegaskan tujuan final dari disyariatkannya puasa, yakni tergapainya takwa. Namun, perlu diingat bahwa ketakwaan yang Allah janjikan itu bukanlah sesuatu yang gratis dan cuma-cuma diberikan kepada siapa saja yang berpuasa. Manusia-manusia takwa yang akan lahir dari “rahim” Ramadhan adalah mereka yang lulus dalam ujian-ujian yang berlangsung pada bulan diklat itu.

Tak heran kiranya jika Rasulullah bersabda, “Banyak orang yang berpuasa yang tidak mendapatkn apa-apa dari puasanya, kecuali lapar dan haus” (HR. An-Nasai dan Ibnu Majah). Mereka yang berpuasa, namun tidak melakukan pengendapan makna spiritual puasa, akan kehilangan kesempatan untuk meraih kandungan hakiki puasa itu.

Lalu apa yang mesti kita lakukan? Beberapa hal berikut ini mungkin akan bisa membantu menjadikan puasa kita penuh rahmah, berkah, dan bermakna:

Pertama, mempersiapkan persepsi yang benar tentang Ramadhan.
Bergairah dan tidaknya seseorang melakukan pekerjaan dan aktivitas, sangat korelatif dengan sejauh mana persepsi yang dia miliki tentang pekerjaan itu. Hal ini juga bisa menimpa kita, saat kita tidak memiliki persepsi yang benar tentang puasa.

Oleh karena itulah, setiap kali Ramadhan menjelang Rasulullah mengumpulkan para sahabatnya untuk memberikan persepsi yang benar tentang Ramadhan itu. Rasulullah bersabda, “Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan keberkahan. Allah mengunjungimu pada bulan ini dengan menurunkan rahmat, menghapus dosa-dosa dan mengabulkan doa. Allah melihat berlomba-lombanya kamu pada bulan ini dan membanggakan kalian pada para malaikat-Nya. Maka tunjukkanlah kepada Allah hal-hal yang baik dari kalian. Karena orang yang sengsara adalah orang yang tidak mendapat rahmat Allah di bulan ini.” (HR. Ath-Thabrani).

Ini Rasulullah sampaikan agar para sahabat – dan tentu saja kita semua – bersiap-siap menyambut kedatangan bulan suci ini dengan hati berbunga. Maka menurut Rasulullah, sungguh tidak beruntung manusia yang melewatkan Ramadhan ini dengan sia-sia. Berlalu tanpa kenangan dan tanpa makna apa-apa.

Persepsi yang benar akan mendorong kita untuk tidak terjebak dalam kesia-siaan di bulan Ramadhan. Saat kita tahu bahwa Ramadhan bulan ampunan, maka kita akan meminta ampunan pada Sang Maha Pengampun. Jika kita tahu bulan ini bertabur rahmat, kita akan berlomba dengan antusias untuk menggapainya. Jika pintu surga dibuka, kita akan berlari kencang untuk memasukinya. Jika pintu neraka ditutup kita tidak akan mau mendekatinya sehingga dia akan menganga.

Kedua, membekali diri dengan ilmu yang cukup dan memadai.
Untuk memasuki puasa, kita harus memiliki ilmu yang cukup tentang puasa itu. Tentang rukun yang wajib kita lakukan, syarat-syaratnya, hal yang boleh dan membatalkan, dan apa saja yang dianjurkan.

Pengetahuan yang memadai tentang puasa ini akan senantiasa menjadi panduan pada saat kita puasa. Ini sangat berpengaruh terhadap kemampuan kita untuk meningkatkan kwalitas ketakwaan kita serta akan mampu melahirkan puasa yang berbobot dan berisi. Sebagaimana yang Rasulullah sabdakan,

“Barang siapa yang puasa Ramadhan dan mengetahui rambu-rambunya dan memperhatikan apa yang semestinya diperhatikan, maka itu akan menjadi pelebur dosa yang dilakukan sebelumnya.” (HR. Ibnu Hibban dan Al-Baihaqi).

Agar puasa kita bertabur rahmat, penuh berkah, dan bermakna, sejak awal kita harus siap mengisi puasa dari dimensi lahir dan batinnya. Puasa merupakan “sekolah moralitas dan etika”, tempat berlatih orang-orang mukmin. Latihan bertarung membekap hawa nafsunya, berlatih memompa kesabarannya, berlatih mengokohkan sikap amanah. Berlatih meningkatkan semangat baja dan kemauan. Berlatih menjernihkan otak dan akal pikiran.

Puasa akan melahirkan pandangan yang tajam. Sebab, perut yang selalu penuh makanan akan mematikan pikiran, meluberkan hikmah, dan meloyokan anggota badan.

Puasa melatih kaum muslimin untuk disiplin dan tepat waktu, melahirkan perasaan kesatuan kaum muslimin, menumbuhkan rasa kasing sayang, solidaritas, simpati, dan empati terhadap sesama.

Tak kalah pentingnya yang harus kita tekankan dalam puasa adalah dimensi batinnya. Dimana kita mampu menjadikan anggota badan kita puasa untuk tidak melakukan hal-hal yang Allah murkai.

Dimensi ini akan dicapai, kala mata kita puasa untuk tidak melihat hal-hal yang haram, telinga tidak untuk menguping hal-hal yang melalaikan kita dari Allah, mulut kita puasa untuk tidak mengatakan perkataan dusta dan sia-sia. Kaki kita tidak melangkah ke tempat-tempat bertabur maksiat dan kekejian, tangan kita tidak pernah menyentuh harta haram.

Pikiran kita bersih dari sesuatu yang menggelapkan hati. Dalam pikiran dan hati tidak bersarang ketakaburan, kedengkian, kebencian pada sesama, angkara, rakus dan tamak serta keangkuhan.

Sahabat Rasulullah, Jabir bin Abdullah berkata, “Jika kamu berpuasa, maka hendaknya puasa pula pendengar dan lisanmu dari dusta dan sosa-dosa. Tinggalkanlah menyakiti tetangga dan hendaknya kamu bersikap tenang pada hari kamu berpuasa. Jangan pula kamu jadikan hari berbukamu (saat tidak berpuasa) sama dengan hari kamu berpuasa.”

“Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan dia mengamalkannya maka Allah tidak menghajatkan dari orang itu untuk tidak makan dan tidak minum.” (HR. Bukhari dan Ahmad dan lainnya)

Mari kita jadikan puasa ini sebagai langkah awal untuk membangun gugusan amal ke depan.

Sumber:
30 Tadabbur Ramadhan, MENJADI HAMBA ROBBANI, Meraih Keberkahan Bulan Suci

Penulis: Dr. Achmad Satori Ismail, Dr. M. Idris Abdul Shomad, MA Samson Rahman, Tajuddin, MA, H. Harjani Hefni, MA A. Kusyairi Suhail, MA, Drs. Ahlul Irfan, MM, Dr. Jamal Muhammad, Sp.THT

Source: IKADI


Klik tertinggi

  • Tidak ada

Flickr Photos

September 2007
S S R K J S M
 12
3456789
10111213141516
17181920212223
24252627282930

Komentar Terbaru

novianto pada CAPRES PRO UN
Kreatif Web pada Guru Makin Sejahtera Animo Jad…
Siwa pada GAJI GURU PNS
Anonymous pada GAJI GURU PNS
yd.i pada GAJI GURU PNS

Blog Stats

  • 44.287 hits